Beranda | Artikel
Pelajaran dari Kisah Istri Nabi Nuh dan Nabi Luth, Istri Firaun, dan Maryam
Senin, 26 Agustus 2019

Inilah pelajaran lengkap mengenai empat wanita yaitu (1) istri Nabi Nuh, (2) istri Nabi Luth, (3) istri Firaun, dan (4) Maryam.

 

Tafsir Surah At-Tahrim ayat 10 – 12

ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا لِلَّذِينَ كَفَرُوا امْرَأَتَ نُوحٍ وَامْرَأَتَ لُوطٍ ۖ كَانَتَا تَحْتَ عَبْدَيْنِ مِنْ عِبَادِنَا صَالِحَيْنِ فَخَانَتَاهُمَا فَلَمْ يُغْنِيَا عَنْهُمَا مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَقِيلَ ادْخُلَا النَّارَ مَعَ الدَّاخِلِينَ

وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا لِلَّذِينَ آمَنُوا امْرَأَتَ فِرْعَوْنَ إِذْ قَالَتْ رَبِّ ابْنِ لِي عِنْدَكَ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ وَنَجِّنِي مِنْ فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهِ وَنَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ

وَمَرْيَمَ ابْنَتَ عِمْرَانَ الَّتِي أَحْصَنَتْ فَرْجَهَا فَنَفَخْنَا فِيهِ مِنْ رُوحِنَا وَصَدَّقَتْ بِكَلِمَاتِ رَبِّهَا وَكُتُبِهِ وَكَانَتْ مِنَ الْقَانِتِينَ

  1. Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): “Masuklah ke dalam jahannam bersama orang-orang yang masuk (jahannam)”.
  2. Dan Allah membuat isteri Fir’aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: “Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam Firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.
  3. dan (ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami, dan dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-Kitab-Nya, dan dia adalah termasuk orang-orang yang taat.

 

Penjelasan Ayat

 

Yang dimaksud dengan dua wanita yang berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh adalah istri Nabi Nuh dan Nabi Luth ‘alaihimas salam. Kedua istri tersebut mengkhianati suaminya dalam hal agama, karena keduanya tidak mengikuti agama kedua suaminya. Inilah yang dimaksud berkhianat dalam ayat ini. Berkhianat yang dimaksud bukanlah berkhianat dalam hal nasab dan ranjang. Karena istri Nabi tidaklah pernah melacurkan diri sama sekali. Allah tidaklah menjadikan istri nabi itu pelacur. Lantaran kedurhakaan mereka dalam hal agama, Allah katakan, “maka suaminya (Nabi Nuh dan Luth) tiada dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): “Masuklah ke dalam jahannam bersama orang-orang yang masuk (jahannam).

Dalam Tafsir Al-Jalalain (hlm. 572) disebutkan bahwa istri Nuh itu bernama Wahilah, ia mengatakan pada kaumnya bahwa suaminya itu majnun (gila). Sedangkan isti Luth bernama Wa’ilah, ia tunjukkan pada kaumnya (yang suka pada sesama jenis) bahwa ada tamu yang datang pada malam hari, di mana Wa’ilah menunjukkannya dengan menyalakan api ketika itu. Kalau tamu itu datang pada siang hari diberi tanda dengan asap.

Karena perbuatan istri Nuh dan Luth tersebut, maka mereka akan masuk Jahannam bersama dengan kaum Nuh dan Luth yang kafir.

 

Allah juga memberikan permisalan untuk istri Fir’aun Asiyah binti Muzahim. Asiyah berkata,  “Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam Firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.

Dalam Tafsir Al-Jalalain (hlm. 572) disebutkan Firaun menyiksa Asiyah dengan cara mengikat kedua tangan dan kakinya, lalu di dadanya diletakkan penggilingan yang besar, kemudian dihadapakn kepada sinar matahari yang terik. Bilamana orang yang diperintahkan oleh Firaun untuk menjaganya pergi, malaikat menaungi Asiyah dari sengatan sinar matahari.

Allah sifatkan Asiyah dengan iman dan tunduk pada Rabbnya. Asiyah pun meminta kepada Allah dengan permintaan paling mulia yaitu untuk masuk surga, berada di sisi Allah, dan ia meminta kepada Allah diselamatkan dari kezaliman Fir’aun dan perbuatannya yang jelek, juga agar diselamatkan dari setiap orang yang berbuat zalim. Allah pun mengabulkan doanya dan ia hidup dengan keimanan yang sempurna, ia terus istiqamah, hingga diselamatkan dari berbagai kekejaman Fir’aun.

Itulah kenapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,

كَمَلَ مِنَ الرِّجالِ كَثِيرٌ، ولَمْ يَكْمُلْ مِنَ النِّساءِ إلَّا مَرْيَمُ بنْتُ عِمْرانَ، وآسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ، وفَضْلُ عائِشَةَ علَى النِّساءِ كَفَضْلِ الثَّرِيدِ علَى سائِرِ الطَّعامِ

Lelaki yang sempurna jumlahnya banyak. Dan tidak ada wanita yang sempurna selain Maryam binti Imran dan Asiyah istri Firaun. Dan keutamaan Aisyah dibandingkan wanita lainnya, sebagaimana keutamaan ats-Tsarid dibandingkan makanan lainnya.” ‎‎(HR. Bukhari, no. 5418 dan Muslim, no. 2431).

Dalam hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَفْضَلُ نِسَاءِ أَهْلِ الْجَنَّةِ خَدِيجَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ وَفَاطِمَةُ بِنْتُ مُحَمَّدٍ وَآسِيَةُ بِنْتُ مُزَاحِمٍ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ وَمَرْيَمُ ابْنَةُ عِمْرَانَ

Wanita-wanita yang paling utama sebagai penduduk surga adalah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad, Asiyah binti Muzahim (istri Fir’aun) dan Maryam binti ‘Imran.” (HR. Ahmad, 1:293. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth menyatakan bahwa sanad hadits ini sahih).

Selanjutnya dikatakan mengenai Maryam putri Imran. Ia adalah wanita terhormat yang menjaga dirinya dari zina karena kesempurnaan agama dan penjagaan dirinya (‘iffah). Karenanya Allah katakan, “maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami.”

Maryam disifati dengan “dan dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-Kitab-Nya”, menunjukkan Maryam memiliki ilmu dan makrifah. Karena membenarkan kalimat Rabb-Nya menunjukkan Maryam membenarkan semua ajaran diin dan membenarkan setiap takdir Allah. Sedangkan membenarkan kitab-kitab-Nya berarti ia mengenal kitab-Nya. Ini semua didapati dengan berilmu dan beramal.

Oleh karena itu Maryam disebut “termasuk orang-orang yang taat” yaitu al-qaanitin. Maksudnya adalah Maryam itu taat kepada Allah, terus menerus dalam ketaatan dengan penuh rasa takut dan kekhusyuan. Maka kesimpulannya Maryam itu adalah Shiddiqiyyah yaitu wanita yang sempurna dalam ilmu dan amal.

Maryam dikatakan termasuk qaanitiin, menurut Syaikh Musthafa Al-‘Adawi dalam At-Tashil li Ta’wil At-Tanzil Juz’u Qad Sami’a (hlm. 383), yang dimaksud adalah Maryam termasuk dari kaum yang qaanitin (yang taat). Ayat ini untuk menyanggah perkataan kaumnya yang menyatakan,

يَا أُخْتَ هَارُونَ مَا كَانَ أَبُوكِ امْرَأَ سَوْءٍ وَمَا كَانَتْ أُمُّكِ بَغِيًّا

Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina.” (QS. Maryam: 28).

Catatan: Disebut saudara perempuan Harun, karena Harun itu saudara Maryam. Orang-orang dulu biasa menamakan anak dengan nama para nabi. Namun Harun di sini bukanlah Harun bin ‘Imran yang merupakan saudara Musa yang terpaut kurun waktu yang begitu panjang. Demikian keterangan Syaikh As-Sa’di dalam Tafsir As-Sa’di, hlm. 517.

 

Mengenal keluarga Imran

Keluarga Imran adalah keluarga mulia dalam kurun sejarah. Allah memilih mereka dibanding keluarga lainnya adalah tanda nyata keagungan mereka. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ اللّهَ اصْطَفَى آدَمَ وَنُوحًا وَآلَ إِبْرَاهِيمَ وَآلَ عِمْرَانَ عَلَى الْعَالَمِينَ ذُرِّيَّةً بَعْضُهَا مِن بَعْضٍ وَاللّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga ‘Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing), (sebagai) satu keturunan yang sebagiannya (turunan) dari yang lain. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Ali Imran: 33-34)

Keluarga Imran dinisbatkan kepada seseorang yang bernama Imran bin Matsan bin al-Azar bin al-Yudbin Sulaiman bin Daud ‘alaihis salam. Nasabnya tersambung hingga ke Nabi Daud ‘alaihis salam. Dalam bahasa Ibrani, Imran disebut dengan Imram. Dalam buku-buku Nasrani namanya disebut dengan Yuhaqim.

Keluarga Imran adalah turunan (cabang) terakhir orang-orang beriman dari turunan Bani Israil. Namun antara mereka dengan Nabi Ya’qub terpisah beberapa kurun lamanya.

 

Anggota Keluarga Imran

Istri Imran bernama Hannah binti Faquda. Ada juga yang menyebut Qa’uda bin Qubaila. Hannah adalah seorang wanita yang tekun beribadah. Sebagaimana kisahnya dalam Alquran,

إِذْ قَالَتِ امْرَأَتُ عِمْرَانَ رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّي إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

(Ingatlah), ketika isteri ‘Imran berkata: “Ya Rabbku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. Ali Imran: 35)

 

Anak-anaknya

Pertama: Asy-ya’

Asy-ya’ adalah putri sulung Imran. Ia dinikahi oleh Nabi Zakariya ‘alaihis salam. Dan merupakan ibu dari Nabi Yahya ‘alaihis salam. Ada juga mengatakan ia adalah bibinya Maryam. Bukan saudara perempuannya.

 

Kedua: Maryam

Maryam adalah wanita ahli ibadah dan suci. Ia merupakan ibu dari kalimat Allah, Nabi Isa ‘alaihis salam. Putri Imran yang satu ini adalah wanita terbaik dan tersempurna.

Orang-orang Yahudi menuduhnya melakukan zina. Tuduhan itu mereka lontarkan saat Maryam masih hidup maupun setelah wafatnya. Sementara Alquran telah menyucikan Maryam dari tuduhan keji ini. Tidak hanya satu ayat, bahkan di banyak ayat. Allah menyebut orang-orang Yahudi sebagai orang-orang yang kufur karena menuduh Maryam berzina.

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَرْيَمَ ابْنَتَ عِمْرَانَ الَّتِي أَحْصَنَتْ فَرْجَهَا فَنَفَخْنَا فِيهِ مِنْ رُوحِنَا وَصَدَّقَتْ بِكَلِمَاتِ رَبِّهَا وَكُتُبِهِ وَكَانَتْ مِنَ الْقَانِتِينَ

dan (ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami, dan dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-Kitab-Nya, dan dia adalah termasuk orang-orang yang taat.” (QS. At-Tahrim: 12).

 

Cucu-cucunya

Pertama: Nabi Isa ‘alaihis salam

Nabi Isa adalah Rasulullah dan kalimat Allah yang Dia sampaikan pada Maryam. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّمَا الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَسُولُ اللَّهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَىٰ مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ

Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya.” (QS. An-Nisa: 171)

Allah mengutus Nabi Isa kepada Bani Israil. Mendakwahi mereka kepada tauhid. Menyembah Allah semata. Allah Ta’ala berfirman,

وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرائيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقاً لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّراً بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ

Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)”. Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata”.” (QS. Ash-Shaf: 6)

Kita kaum muslimin berkeyakinan bahwa Nabi Isa belum wafat. Ia diangkat Allah di sisi-Nya, ruh dan jasad. Beliau hidup di langit. Bukan dibunuh atau disalib. Dalam ayat disebutkan,

وَبِكُفْرِهِمْ وَقَوْلِهِمْ عَلَى مَرْيَمَ بُهْتَانًا عَظِيمًا (156) وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللَّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلا اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا (157) بَلْ رَفَعَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا

Dan karena kekafiran mereka (terhadap Isa) dan tuduhan mereka terhadap Maryam dengan kedustaan besar (zina), dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nisaa’: 156-158)

Yang diserupakan adalah murid Isa yang masih berusia muda dan setia padanya. Bukti dari hal ini adalah sebuah cerita yang dibawakan oleh Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berikut.

“Ketika Allah ingin mengangkat Isa ‘alaihis salam ke langit, beliau pun keluar menuju para sahabatnya dan ketika itu dalam rumah terdapat 12 orang sahabat Al-Hawariyyun. Beliau keluar menuju mereka dan kepala beliau terus meneteskan air. Lalu Isa mengatakan, “Sesungguhnya di antara kalian ada yang mengkufuriku sebanyak 12 kali setelah ia beriman padaku.” Kemudian Isa berkata lagi, “Ada di antara kalian yang akan diserupakan denganku. Ia akan dibunuh karena kedudukanku. Dia pun akan menjadi teman dekatku.” Kemudian di antara para sahabat beliau tadi yang masih muda berdiri, lantas Isa mengatakan, “Duduklah engkau.” Kemudian Isa kembali lagi pada mereka, pemuda tadi pun berdiri kembali. Isa pun mengatakan, “Duduklah engkau.” Kemudian Isa datang lagi ketiga kalinya dan pemuda tadi masih tetap berdiri dan ia mengatakan, “Aku, wahai Isa.” “Betulkah engkau yang ingin diserupakan denganku?”, ujar Nabi Isa.

Kemudian pemuda tadi diserupakan dengan Nabi Isa. Isa pun diangkat melalui lubang tembok di rumah tersebut menuju langit.

Kemudian datanglah rombongan orang Yahudi. Lantas mereka membawa pemuda yang diserupakan dengan Nabi Isa tadi. Mereka membunuhnya dan menyalibnya.

Sebagian mereka pun mengkufuri Isa sebanyak 12 kali setelah sebelumnya mereka beriman padanya. Mereka pun terpecah menjadi tiga golongan.

Kelompok pertama mengatakan, “Allah berada di tengah-tengah kita sesuai kehendak-Nya kemudian Dia naik ke langit.” Mereka inilah Ya’qubiyah.

Kelompok kedua mengatakan, “Di tengah-tengah kita ada anak Allah sesuai kehendak-Nya kemudian ia naik ke langit.” Mereka inilah An-Nas-thuriyah.

Kelompok ketiga mengatakan, “Di tengah-tengah kita ada hamba Allah dan Rasul-Nya sesuai kehendak-Nya kemudian ia naik ke langit.” Merekalah kaum muslimin.

Kelompok pertama dan kedua yang kafir akan mengalahkan kelompok ketika yang muslim. Kelompok yang muslim itu pun sirna, sampai Allah mengutus Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Ibnu Katsir mengatakan bahwa hadits ini sanadnya sahih sampai Ibnu ‘Abbas. An-Nasa’i meriwayatkan hadits ini dari Abu Kuraib dan dari Abu Mu’awiyah serta semisalnya.

Seperti disebutkan pula oleh ulama salaf yang lain. Nabi Isa berkata kepada murid-muridnya, “Siapa yang mau diserupakan sepertiku? Lantas ia yang nanti menggantikan posisiku. Dialah yang nanti jadi teman dekatku di surga nanti.” Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 3:254-255.

 

Kedua: Yahya ‘alaihis salam

Nabi Yahya adalah hamba dan utusan Allah. Beliau putra dari Nabi Zakariya ‘alaihis salam. Beliau adalah doa Nabi Zakariya yang terkabul. Serta kabar gembira untuknya setelah mencapai usia yang tua. Allah Ta’ala berfirman,

هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهُ قَالَ رَبِّ هَبْ لِي مِن لَّدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاء (38) فَنَادَتْهُ الْمَلآئِكَةُ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي فِي الْمِحْرَابِ أَنَّ اللّهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحْيَـى مُصَدِّقًا بِكَلِمَةٍ مِّنَ اللّهِ وَسَيِّدًا وَحَصُورًا وَنَبِيًّا مِّنَ الصَّالِحِينَ

Di sanalah Zakariya mendoa kepada Rabbnya seraya berkata: “Ya Rabbku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa”. Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya): “Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh”. (QS. Ali Imran: 38-39)

Di antara keistimewaannya adalah tak ada seorang pun sebelum beliau bernama Yahya.

يَٰزَكَرِيَّآ إِنَّا نُبَشِّرُكَ بِغُلَٰمٍ ٱسْمُهُۥ يَحْيَىٰ لَمْ نَجْعَل لَّهُۥ مِن قَبْلُ سَمِيًّا

Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia.” (QS. Maryam: 7)

Nabi Yahya adalah seorang pemuda yang cerdas. Allah memberi keistimewaan pada akalnya. Menganugerahkannya hikmah di usia beliau. Dan kegemaran dalam beribadah. Beliau senantiasa duduk di mihrab-mihrab ilmu. Senang mengkaji Taurat. Berilmu dan mengamalkan kandungan kitab suci itu. Beliau berbicara dengan kebenaran. Dan tidak takut celaan orang-orang yang mencela. Dan ancaman orang-orang yang zalim.

Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam memuji Nabi Yahya dengan sabdanya,

لاَ يَنْبَغِي لِأَحَدٍ أَنْ يَقُوْلَ: أَنَا خَيْرٌ مِنْ يَحْيَى بْنِ زَكَرِيَّا. قُلْنَا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَمِنْ أَيْنَ ذَاكَ؟ قَالَ: أَمَا سَمِعْتُمْ اللهَ كَيْفَ وَصَفَهُ فِي القُرْآنِ، فَقَالَ: {يَايَحْيَى خُذِ الْكِتَابَ بِقُوَّةٍ وَآتَيْنَاهُ الْحُكْمَ صَبِيًّا} [مريم: 12]، فَقَرَأَ حَتَّى بَلَغَ: {وَسَيِّدًا وَحَصُورًا وَنَبِيًّا مِنَ الصَّالِحِينَ} [آل عمران: 39]، لَمْ يَعْمَلْ سَيِّئَةً قَطٌّ، وَلَمْ يَهُمَّ بِهَا

Tidak pantas bagi siapa pun untuk mengatakan bahwa aku lebih baik dari Yahya bin Zakariya.” Kami bertanya, “Wahai Rasulullah, mengapa demikian?” Beliau menjawab, “Tidakkah kalian mendengar bagaimana Allah menyebutkannya di dalam Alquran. “Hai Yahya, ambillah Al-Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak.” (QS. Maryam:12). Beliau membaca hingga firman Allah: “menjadi panutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh”. (QS. Ali Imran: 39). Ia tidak pernah berbuat buruk sedikit pun. Dan tidak juga berkeinginan melakukannya.” (HR. Ath-Thabrani di dalam Al-Kabir dan Al-Bazzar).

 

Faedah Ayat

 

  1. Contoh istri Nuh dan Luth ini dimaksudkan kepada Aisyah dan Hafshah radhiyallahu ‘anhuma untuk mengingatkan mereka ketika menyelisihi perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jika mereka berdua menyelisihi perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap akan dikenakan hukuman. Namun Allah memberikan ampunan kepada mereka berdua.
  2. Contoh istri Firaun di sini untuk memotivasi orang beriman untuk bersabar sebagaimana kesabaran Asiyah menghadapi suaminya sendiri. Padahal ia adalah istri yang lemah yang berada di penguasaan suami yang sombong dan angkuh. Ia mau bersabar berkat taufik dan hidayah dari Allah.
  3. Dari Asiyah istri Firaun, kita juga dapat mengambil pelajaran bahwa siapa pun tidak dapat menyesatkan yang lain kecuali dengan izin Allah. Lihatlah Firaun yang begitu sombong luar biasa, anak-anak laki-laki sampai dibunuh olehnya, ia menyiksa manusia begitu kejinya, namun sayangnya istrinya sendiri tak bisa ia ubah hatinya. Istrinya Asiyah tetap terus berada di atas iman dan petunjuk.
  4. Kenapa Maryam dijadikan contoh dalam surah At-Tahrim? Karena siapa saja wanita yang menjaga kemaluannya dari perbuatan zina yang haram, maka Allah akan memuliakannya dan akan membalasnya dengan pahala melimpah. Dan penyebutan Maryam di sini untuk membantah orang-orang Yahudi yang menuduh Maryam berzina, padahal Maryam adalah wanita yang benar-benar menjaga kesucian dirinya. Jadi tuduhan perzinaan pada orang beriman yang baik-baik tidaklah bermanfaat sama sekali.
  5. Baiknya suami belum tentu menunjukkan baiknya istri atau sebaliknya.
  6. Seseorang tidak bisa memberikan hidayah iman kepada siapa pun.
  7. Nabi tidak mengetahui perkara ghaib. Karena bentuk khianat di sini tanpa diketahui sebelumnya.

 

Semoga bermanfaat.

 

 


 

Oleh yang selalu mengharapkan ampunan Allah: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com

 


Artikel asli: https://rumaysho.com/21272-pelajaran-dari-kisah-istri-nabi-nuh-dan-nabi-luth-istri-firaun-dan-maryam.html